Pendidikan anak tanggung jawab siapa

Pendidikan anak tanggung jawab siapa
Kita semua tentu sepakat bahwa mendidik anak adalah kewajiban orang tuanya. Namun bagi sebagian mereka mendidik anak itu artinya ialah memasukan mereka ke bangku sekolah. Semangkin tinggi jenjang pendidikan sekolah yang kita berikan kepada anak maka semangkin baik pula pendidikan yang kita berikan kepada anak. Ini sepertinya memang kurang tepat, sebab instansi sekolah sebetulnya hanyalah membatu saja, pendidikan yang paling utama adalah peran orang tua dan lingkungan keluarga. Hal tersebut jangan sampai terbalik, orang tua menganggap bahwa sekolah adalah peran utama dalam dunia pendidikan anak. Sehingga orang tua lepas tanggung jawab di pendidikan untuk anak-anaknya.

Baca juga : Pendaftaran CPNS 2018 resmi dibuka

Jika seperti itu maka yang timbul nantinya ialah orang tua akan menyalahakan lembaga pendidikan jika masa depan dan prilaku anaknya tidak sesuai dengan yang ia harapkan. Orang tua mungkin lupa bahwa pembentukan karakter yang terjadi disekolah hanya beberapa persen saja begitupun dengan kemampuan akademik mereka, sebagai orang tua kita juga wajib membimbing masa pertumbuhan mereka dan menemani pembelajarannya. Kita juga harus ikut serta menuntaskan pembelajaran yang mereka terima disekolah. Pastinya ada beberapa materi pembelajaran yang belum anak pahami sepenuhnya, maka itulah tugas kita sebagai orang tua dirumah untuk ikut serta dalam pendidikan anak.

Baca juga : Kapan kita memberikan pendidikan kepada anak

Dan yang jauh lebih penting ialah tentang pendidikan karakter bagi anak. Apalah artinya jika anak-anak kita secara kemapuan akademik sudah mumpuni namun rendah dalam karakternya. Kita sebagai orang tua tentu wajib mencontohkan kepada anak tentang sikap toleransi, tanggung jawab, menghargai orang lain, taat terhadap peratutan Negara dan agama, mimiliki jiwa sosial yang tinggi, dan lain sebagainya. Disekolah tentu hal tersebut sudah diajari, namun sebagai orang tua kita harus mampu mejadi peran utama di bidang tersebut, kita harus menjadi orang tua sekaligus menjadi guru bagi mereka.

Namun kenyataanya diera sekarang ada beberapa orang tua yang mengabaikan hal tersebut, mereka merasa tidak mampu sebab aktivitas dan intensitas kesibukannya yang sangat tinggi. Jika seperti itu maka sama artinya bahwa orang tua juga tidak mampu mendidik anak. Cobalah bertanya kepada diri sendiri, sebetulnya kita memang tidak mampu atau tidak menyadari dan tidak mau melakukan hal tersebut. Untuk menemani pembelajaran anak secara akademik sebetulnya tidak memperlukan waktu yang lama, misalnya menemani belajar dari selepas waktu isya hingga pukul 21.00 juga sudah sangat cukup. Bertutur kata yang baik dan sopan, menghargai dan saling menghormati antar suami istri, secara tidak langsung hal tersebut juga termasuk kita sedang dalam proses pembelajaran dan pembentukan karakter anak.

Baca juga : 4 hal yang harus dilakukan oleh guru, untuk kesuksesan murid

Hadist Nabi mengajarkan kepada kita untuk selalu terus belajar bahkan hingga sampai ke liang lahat (sampai hari kematian bagi kita). Termasuk kita juga harus terus belajar menjadi orang tua yang baik. Anak adalah bukan milik orang tuanya, ia adalah sesuatu yang allah pinjamkan sebab kita memintanya. Maka dari itu kita sebagai yang dipinjami wajib hukumnya untuk merawat dan memenuhi hak serta kewajibanya. Anak terlahir bukan semata-mata sebab hasrat seksual saja, atau sebagai hiburan keluarga, juga bukan dilandasi oleh rasa keinginan semata. Kita harus sadar betul bahawa setelah berusaha dan berdoa agar memiliki keturunan maka akan sejalan juga dengan tanggung jawab yang besar, terutama di dunia pendidikannya.

Baca juga : Menjadi relawan guru di Lombok bersama erlangga

Diera modern seperti ini kemajuan teknologi berkembang dengan sangat pesat, semuanya didominasi oleh sesuatu yang berbasis internet. Sebagai orang tua tentu kita juga harus ikut mempelajarinya agar mampu menjadi guru sekaligus kontrol bagi anak-anak dalam pemanfaatan internet. Tidak sebatas di dunia internet saja, disemua hal yang terkait dengan anak kita harus sadar dan mau untuk ikut serta mempelajarinya. Sebab kita harus menjadi guru bagi anak-anak. Kita bukannya tidak bisa atau tidak mampu akan tetapi lebih kearah enggan dan tidak mau melakukannya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel