Guru merdeka, adalah pahlawan tanpa tanda jasa
Kamis, 16 Agustus 2018
Sebagai penghormatan kepada seluruh guru di Indonesia, pemerintah melalui keputusan presiden 78 tahun 1994 menetapkan tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Guru yang dianggap sebagai pahlawan tanpa tanda jasa memang sudah sepantasnya mendapat penghormat dari pemerintah, begitupun dari segi kesejahteraan seorang guru, nampaknya pemerintah juga mulai serius memperhatikan hal tersebut.
Di hari kemerdekaan ini mari sejenak kita kembali mengenang sejarah perjuangan para guru-guru kita saat dibangku Sekolah Dasar, beliau sangat ikhlas mendidik kita. Berangkat pagi-pagi mengayuh sepeda bahkan ada juga yang berjalan kaki, tidak seperti saat ini hampir seluruh guru sudah memiliki kendaraan bermotor. Perjuangannya begitu telaten, satu persatu kita diajarkan bagaimana cara menulis, membaca dan berhitung. Tidak hanya sebatas mendidik dan mentrasformasi ilmu, guru di sekolahan pada saat itu pun mampu menggatikan peran sebagai orang tua kandungnya. Tentu kita masih ingat, selain mengajar terkadang guru-guru kita pun harus membersihkan celana muridnya akibat buang air besar di kelas. Niatnya yang begitu mulia dan ikhlas sehingga tidak berlebihan jika seorang guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, mereka adalah para syuhada.
Baca Juga : Pemilu sebentar lagi, Guru harus menjadi filter informasi berita hoax
Zaman sudah berubah dan teknologi pun mulai berkembang menjadi lebih maju, seharusnya pribadi manusianya pun menjadi lebih baik. Namun apa yang terjadi dengan sebagian prilaku guru di tanah air tercina kita ini, sungguh sangat miris ketika menyaksikan pemberitan di media cetak maupun elektronik tentang pelecehan seksual dan tidak asusila yang pelakunya adalah seorang guru. Seharusnya kita bersama-sama untuk lebih serius menangani tegradasi moral yang semangkin menyedihkan seperti saat ini.
Di momen hari kemerdekaan ini marilah kita bersama mengenang jasa-jasa para guru-guru kita. Dengan harapan kita sebagai tenaga pendidik, baik disekolah maupun dilingkungan keluarga mampu meniru prilaku baik mereka, diantaranya adalah: Pertama, guru-guru kita yang selalu mengedepankan sikap ikhlas, mereka tidak pernah mempersoalkan masalah upah yang mereka terima, terbukti pada zaman dahulu tidak pernah ada guru turun kejalan berteriak soal gaji dan tunjangan. Kedua, guru-guru kita yang begitu zuhud, mereka tidak pernah memamerkan harta dan perhiasan. Jika ingin memperkaya diri mereka bekerja keras disiang hari setelah selesai mengajar. Ketiga, guru-guru kita yang begitu sabar dan penuh dengan barokah. Kesabaranya begitu dikagumi dan pituturnya pun begitu dinanti.
Selain itu kita juga patut bersyukur, ditengah-tengah tantangan zaman yang seperti ini ternyata masih banyak guru-guru yang berkepribadian baik. Mereka mampu meniru dan meneruskan semangat perjuangan para guru di zaman dahulu. Adapun terkait dengan pemberitaan yang tidak baik tentang guru, itu hanyalah dilakukan oleh segelintir oknum saja. Sejatinya, para guru di Indonesia adalah guru-guru yang hebat dan bermartbat.
Di hari kemerdekaan ini mari sejenak kita kembali mengenang sejarah perjuangan para guru-guru kita saat dibangku Sekolah Dasar, beliau sangat ikhlas mendidik kita. Berangkat pagi-pagi mengayuh sepeda bahkan ada juga yang berjalan kaki, tidak seperti saat ini hampir seluruh guru sudah memiliki kendaraan bermotor. Perjuangannya begitu telaten, satu persatu kita diajarkan bagaimana cara menulis, membaca dan berhitung. Tidak hanya sebatas mendidik dan mentrasformasi ilmu, guru di sekolahan pada saat itu pun mampu menggatikan peran sebagai orang tua kandungnya. Tentu kita masih ingat, selain mengajar terkadang guru-guru kita pun harus membersihkan celana muridnya akibat buang air besar di kelas. Niatnya yang begitu mulia dan ikhlas sehingga tidak berlebihan jika seorang guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, mereka adalah para syuhada.
Baca Juga : Pemilu sebentar lagi, Guru harus menjadi filter informasi berita hoax
Zaman sudah berubah dan teknologi pun mulai berkembang menjadi lebih maju, seharusnya pribadi manusianya pun menjadi lebih baik. Namun apa yang terjadi dengan sebagian prilaku guru di tanah air tercina kita ini, sungguh sangat miris ketika menyaksikan pemberitan di media cetak maupun elektronik tentang pelecehan seksual dan tidak asusila yang pelakunya adalah seorang guru. Seharusnya kita bersama-sama untuk lebih serius menangani tegradasi moral yang semangkin menyedihkan seperti saat ini.
Di momen hari kemerdekaan ini marilah kita bersama mengenang jasa-jasa para guru-guru kita. Dengan harapan kita sebagai tenaga pendidik, baik disekolah maupun dilingkungan keluarga mampu meniru prilaku baik mereka, diantaranya adalah: Pertama, guru-guru kita yang selalu mengedepankan sikap ikhlas, mereka tidak pernah mempersoalkan masalah upah yang mereka terima, terbukti pada zaman dahulu tidak pernah ada guru turun kejalan berteriak soal gaji dan tunjangan. Kedua, guru-guru kita yang begitu zuhud, mereka tidak pernah memamerkan harta dan perhiasan. Jika ingin memperkaya diri mereka bekerja keras disiang hari setelah selesai mengajar. Ketiga, guru-guru kita yang begitu sabar dan penuh dengan barokah. Kesabaranya begitu dikagumi dan pituturnya pun begitu dinanti.
Selain itu kita juga patut bersyukur, ditengah-tengah tantangan zaman yang seperti ini ternyata masih banyak guru-guru yang berkepribadian baik. Mereka mampu meniru dan meneruskan semangat perjuangan para guru di zaman dahulu. Adapun terkait dengan pemberitaan yang tidak baik tentang guru, itu hanyalah dilakukan oleh segelintir oknum saja. Sejatinya, para guru di Indonesia adalah guru-guru yang hebat dan bermartbat.