Pemilu sebentar lagi, Guru harus menjadi filter informasi berita hoax

Berbagai macam jenis ilmu sihir pada zaman Nabi Musa adalah sebuah alat bagi penguasa saat itu untuk membodohi dan menundukan rakyatnya. Maka atas ridho Allah Nabi Musa pun mendapatkan tongkat sebagai pelantara mu’jizat untuk menandingi para ahli sihir yang bekerja untuk penguasa. Namun seering perubahan zaman yang berdampak pada kemajuan teknologi informasi dan komunikasi hingga saat ini, ular zihir penguasa Raja Firaun yang beradu dengan tongkat Nabi Musa pun sudah berganti dengan kabel-kabel hitam penyambung berbagai macam informasi yang sulit kita bendung. Opini yang belum tentu kebenaranya pun dengan mudah setiap hari dapat kita baca. Bahkan ratusan berita bohong hampir setiap hari muncul di branda facebook.


Kita tentu sepakat, hal tersebut juga terjadi di Indonesia. Ada beberapa stasiun televisi dan media berita online yang bekerja atas dasar kepentingan golongan tertentu saja. Kita pasti belum lupa bagaimana informasi dan suasana pra pemilihan presiden tahun 2014 yang lalu. Kasus pelanggaran HAM tahun 1988 imbas dari peristiwa reformasi saat itu, Prabowo dituduh sebagai seseorang yang harus bertanggung jawab. Sedangkan dikubu lawan, Jokowi pun dituduh sebagai keturun PKI bahkan diisukan sebagai non muslim. Namun pada kenyataannya hingga saat ini tidak ada satupun media berita online yang berani bertanggung jawab atas kebenaran berita tersebut, dan berita-berita tersebut pun sudah terlanjur dijadikan landasan untuk memilih pemimpin bagi sebagian orang. Juga dari segi tontonan atau hiburan di layar televisi, siswa-siswi kita setiap hari disajikan serial film upin-ipin hingga imbasnya ialah mereka lebih hafal bahasa malaysia. Sementara itu membaca, menulis, dan berbicara bahasa jawa sudah mulai terlupakan. Ini adalah sebagian kecil saja tentang contoh dari sihir zaman modern.

Sebentara lagi kita akan kembali menghadapi masa pemilihan presiden, aroma yang tercium pun sepertinya masih sama seperti dulu. Berita-berita yang belum tentu kebenarannya mulai bermunculan kembali, banyak opini yang saling menjatuhkan antar lawan. Apa lagi pasca pemilihan presiden dan wakil presiden tahun 2014 yang lalu, kini muncul istilah cebong dan kampret.

Disinilah pendidikan harus lebih berperan aktiv. Sebagai tenaga pendidik kita tidak hanya dituntut untuk membimbing siswa belajar menghitung, menulis dan membaca saja. Namun harus lebih dari itu, kita harus bisa berperan sebagai filter dari informasi apapun yang mereka dapatkan. Dengan cara menanamkan sedini mungkin kepada mereka tentang sifat kritis dan toleransi.  Sifat kritis yang dimaksud ialah agar peserta didik tidak dengan mudah mempercayai informasi apapun yang belum jelas fakta kebenaranya. Dengan harapan mereka tidak dengan cepat memiliki kesimpulan terhadap suatu hal sebelum mempelajarinya secara mendalam. Sedangkan sikap toleransi yang dimaksud ialah mereka juga bisa menerima dan menelaah suatu informasi yang bukan dari golongannya, untuk kemudian dijadikan bahan pertimbangan demi memperoleh sesuatu yang betul-betul dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Serta tidak menjadikan mereka fanatik buta terhadapa satu golongan tertentu (tidak mudah tersihir).

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel