Kurikulum ala pesantren

Diakaui atau tidak model pendidikan bangsa ini masih sangat kental dengan model pendidikan yang dibawa oleh kolonial Belanda pada masa penjajahan. Begitupun dengan kurikulum pendidikanya, sering kali kita masih melihat konsep kurikulum dari barat. Sejauh ini kita masih belum bisa menemukan konsep kurikulum yang dianggap paling tepat bagi bangsa ini. Bahkan sebagian ahli menganggap pendidikan kita masih gagal, peserta didik yang dihasilkan masih jauh dari harapan dan kebutuhan. Sebab itulah kurikulum pendidikan di Negara ini akan terus mengalami perubahan hingga mencapai pada sesuatu yang dianggap paling tepat. Lalu bagaimanakah kurikulum yang seharusnya dimiliki bangsa ini. Semestinya kita jangan melupakan sejarah bahwa, pesantren adalah basis pendidikan pertama yang ada di Indonesia. Paling tidak dengan kembali mengenang pesantren kita bisa menjadikan para ulama yang berkompeten dibidang pendidikan sebagai rujukan untuk merancang kurikulum.

Baca juga : 
Hal ini pun selaras dengan undang-undang republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Diatas telah dipaparkan dengan jelas bahwa didalam undang-undang republik Indonesia tentang sistem pendidikan bahwa, tujuan dari proses pembelajaran adalah bagaimana peserta didik mampu mengembangkan dan memiliki kekuatan spiritual keagamaan. Tentunya dengan tidak mendeskriminasikan umat agama lain. Pada dasarnya jika dilihat secara teori, desain kurikulum pendidikan umum dan desain kurikulum yang bercirikhas islami hampirlah sama. Yang membedakan adalah terkadang disetiap lembaga pendidikan mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Begitupun jika kita menengok kurikulum yang diterapkan di pesantren.

Menurut Zamakhsyari Dhofier dalam bukunya yaitu, Tradisi Pesantren. Kitab kuning sebagai kurikulum pesantren ditempatkan pada posisi istimewa. Karena, keberadaannya menjadi unsur utama dan sekaligus ciri pembeda antara pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan Islam lainya. Pada pesantren di Jawa dan Madura, penyebaran keilmuan, jenis kitab dan sistem pengajian kitab kuning memiliki kesamaan, yaitu sorogan dan bandongan. Kesamaan-kesamaan ini menghasilkan homogenitas pandangan hidup, kultur dan praktik-praktik keagamaan di kalangan santri.

Kita sebagai bangsa yang memiliki nenek moyang pesantren dalam dunia pendidikan seharusnya mampu menjadikan pesantren sebagai konsep dasar untuk mendesain kurikulum. Dan sebagai percontohan dalam proses pembelajaran, meskipun diera globalisasi ini telah banyak muncul berbagai macam model pembelajaran. Sepertihalnya model pembelajaran Quantum teaching yang dikembangkan oleh Dr. Georgi Lozanov seorang pendidik dari Bulgaria. Konsep model pembelajaran ini pun sudah sangat baik, dimana siswa harus merasa nyaman serta harus selalu mendapatkan apresiasi disetiap prestasinya. Namun mungkin akan lebih indah jika kita menggali konsep pembelajaran yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, Sahabat Ali bin Abi Thalib atau para pewaris Nabi. Khususnya bagi lembaga-lembaga pendidikan yang bercirikhas Islami, Sepertihalnya Madrasah Aliyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Ibtidaiyah. Selain itu kita juga akan memiliki banyak literatur tentang konsep kurikulum dan model pembelajaran. Sehingga kedepanya kita mampu memiliki cirikhas atau karakter yang tentunya sesuai dengan tujuan pendidikan islam.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel